Perdamaian
Dunia Di Tangan Pemuda
Global Peace Volunteer (GPV) adalah
sebuah program yang dilaksanakan dibawah Global Peace Festival Foundation(GPFF)
untuk mencetak pemuda-pemuda yang faham
tentang arti perbedaan karena Indonesia adalah Negara yang berkembang dari
diversitas kebudayaan dan agama. Program ini sudah dilaksanakan pada
tahun-tahun sebelumnya dan sudah mencetak alumni yang ke 14, program yang
dikemas dalam bentuk Camp ini
dilaksanakan selama dua hari satu malam 15-16 Desember 2012 yang bertempat di
Vila kebun Holtikultura sidomulyo Batu Malang , GPV 1.14 ini diikuti Oleh 35
Mahasiswa dari berbagai Universitas yang tersebar di Indonesia selain itu
program ini diisi dengan berbagai macam
kegiatan baik berupa materi, pelatihan maupun Outbound.
Sabtu (15/12) di hari pertama para
peserta di wajibkan untuk saling mengenal satu sama lain, untuk mempercepat
proses pengenalan dan keakraban antar peserta maka pada sesi awal dibuka dengan sebuah games
yaitu tebak nama tepatnya cepat tepat nama, jadi peserta ditutupi dengan sebuah Tirai kemudian ketika tirai
dibuka maka peserta yang pertama kali menyebutkan nama lawannya maka dia yang
menjadi pemenang, kemudian dilanjutkan dengan sesi “Learning from Disneyland” dan
dilanjutkan dengan presentasi yang bertemakan” One Family Under God” materi ini
disampaikan oleh Mr Nicholas yang berasal dari Malaysia “ untuk menciptakan
perdamaian dunia maka kita harus mempunyai True Love” tandasnya, fitrahnya
manusia diciptakan dengan segala macam perbedaan entah dari warna kulit, ras,
budaya maupun agama, namun dari perbedaan tersebut seyogyanya manusia dapat
membangun True Love sehingga akan tercipta perdamaian yang hakiki. Kemudian dilanjutkan
dengan sebuah tayangan yang sangat menginspirasi peserta yaitu pelajaran yang bisa
diambil dari sesosok anak umur 6 tahun yang berasal dari Canada yaitu Ryan,
pada tayangan tersebut, Ryan melakukan sebuah perjuangan untuk membantu
penduduk Afrika yang tidak dapat
menkonsumsi air bersih, namun dengan kegigihannya dia dapat mengumpulkan
puluhan dolar bahkan akhirnya pemerintah Canada juga memberikan santunan karena terinspirasi dari sesosok kecil itu,
Tayangan ini juga memberi inspirasi yang sangat besar khususnya pada
pemuda-pemudi Indonesia yang umumnya berumur belasan tahun. Kemudian
dilanjutkan dengan presentasi tentang “True Love” yang disampaikan lagi oleh Mr
Nicholas, pada sesi ini lebih dijelaskan bagaimana membentuk sebuah keluarga
yang harmonis. Kemudia pada malam harinya dilanjutkan dengan “Skit Performance” yang diisi dengan penampilan drama yang
bertemakan “One Family Under God”, “Living for Other”, and “ True Love” dan
pada sesi terakhir di hari pertama diisi
dengan sesi “Heart to Heart” pada sesi ini para peserta dibentuk menjadi berpasang-pasangan,
kemudian mereka saling menceritakan tentang kisah perjalanan hidup mulai dari
lahir hingga dengan detik ini.
Keesokan harinya, Minggu (16/12) diisi
dengan Games yaitu “Unity Ball” pada games ini para peserta yang di bagi dalam beberapa
kelompok diuji bagaimana mempertahankan bola agar tidak jatuh dengan berbagai
macam peraturan, dalam hal ini bisa dipetik pelajaran bagaimana kita berusaha
untuk selalu menjaga konsistensi dari visi dan misi suatu organisasi yang kita
usung karena tercapainya suatu visi membutuhkan keooperasi serta usaha untuk
memperjuangkannya begitupun dengan games ini. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan “Sociall Project” , pada kegiatan ini para peserta dituntut
untuk melakukan aksi sosial disekitar lokasi camp baik itu berupa membantu para
petani sekitar maupun dengan bersih-bersih lingkungan , pada sesi ini kita bisa
belajar bahwa pemuda diharapkan dapat memberikan suatu aksi yang nyata tidak
hanya sekedar teori belaka. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan meteri yang
disampikan oleh Mr Nicholas yang bertemakan “Core Value” pada sesi ini kita
dibina bagaimana melaksanakan sebuah visi kehidupan sehingga kita bisa
mencapainya dengan misi yang kita lakukan, selanjutnya diteruskan dengan
“Action Plan” pada sesi ini kita dikelompokkan sesuai dengan domisili daerah
universitas masing-masing yang terdiri dari daerah Malang, Surabaya, Joglo
(Jogja dan solo), Palembang, dan Makassar selain itu, juga kita dituntut untuk
membuat sebuah rencana aksi sosial yang akan dilaksanakan setelah acara Ini
selesai dan dikoordinasi oleh peserta tiap-tiap daerah. Di sela-sela waktu sesi
yang cukup padat, untuk mengurangi kebosanan peserta camp, panitia menyiapakan
sebuat dance yang identik dengan GPV
yaitu “Chiken Dance” sehingga tampak
peserta kembali bersemangat untuk melanjutkan serangkan kegiatan Global Peace
Volunteer 1.14 ini, kemudian tepat pukul 15.00 kegiatan ini ditutup dengan sesi
“ Group Photo” namun walaupun acara ini
berakhir, rasa kekeluargaan antara peserta maupun dengan panitia sudah
terbangun dengan baik sehingga walaupun sudah kembali ke kota masing-masing
namun hati kita selalu dekat selain itu kegiatan yang bertemakan “Young People
Making change “ ini memang mengharapkan pemuda-pemudi Indonesia dapat membuat
suatu perubahan kea rah yang lebih baik.
Ajuu !!
No comments:
Post a Comment